JEMBER, Mediatrans9.com
Sebagai informasi, stunting adalah masalah kurang gizi yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam rentang yang lama yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan fisik anak sehingga tinggi badannya lebih pendek (kerdil) dari standar usianya. Selain itu, stunting akan berdampak pada kemampuan kognitif yang rendah.
Pemerintah kabupatenJember mengadakan Rembug Stunting yang diikuti 800 orang secara luring dan during di Pendopo Wahyawibawagraha, Rabu, 23/09/2021
Bupati Jember H Hendy Siswanto, menjelaskan stunting kabupaten Jember posisinya 37,8 prosen, termasuk urutan nomer kedua tertinggi di Jatim. Untuk menangani stunting di kabupaten Jember mendaat pendampingan dari Kemendagri, supaya lebih konprehensip. Termasuk keterlibatan stekholder, mulai dari Camat, Kades, Puskesmas dan kegiatan Posyandu.
Saat ini, lanjut bupati, sedang dilakukan penajaman berbagai upaya untuk menangani soal stunting, termasuk AKB. Penanganan secara teknis dimula dari ibu hamal, sudah dilakukan penanganan utamanya saat diketauhui ada ibu hamil yang secara fisik terlihat badanya kurus. Saat diketahui perkembangan tidak bagus, maka saat itu langsung dilakukan pendampingan.
Teman-teman dari Puskesmas dan Posyandu akan bergerak melakukan pendampingan. Saat ini sekitar 6.000 orang yang ditangani secara simultan oleh unsur Puskesmas, Posyandu, elmen lainnya yang sama-sama terlibat mengatasi stunting.
Acara yang digelar terkait penanganan stunting hari ini, melibatkan 800 orang dari berbagai unsur, mulai dari camat, Kades, Puskesmas, Posyandu.“Kegiatan hari rembug stunting kita deklarasikan”, jelas bupati Hendy.
Dari segi kesehatan, stunting masih menjadi salah satu persoalan yang harus ditangani serius oleh pemerintah. Bila masih banyak anak di Indonesia yang mengalami kekurangan gizi sehingga mengalami stunting, maka akan berdampak pada sumber daya manusia Indonesia di masa yang akan datang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Balita (bayi berusia kurang dari lima tahun) yang mengalami stunting di Tanah Air sebesar 27,67%. Artinya, satu dari empat Balita di Indonesia menderita gizi buruk. Meskipun secara tren mengalami penurunan, namun masih akan menjadi pekerjaan rumah bagi pemangku kebijakan agar dapat menurunkan angka stunting tersebut.
Pada Global Nutrition Target 2025, penurunan Balita yang mengalami stunting diharapkan dapat mencapai sebesar 40%. Sementara dalam Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN) 2020-2024, pemerintah menargetkan Balita yang menderita stunting turun menjadi tinggal 14%.
Kegiatan rembug stunting dan kegiatannya dipantau oleh pemerintah pusat. “Kegiatannya dimulai hari ini sampai bagaimana menuntaskan masalah stunting dan AKB targetnya bisa kita selesaikan sampai tahun 2022 yang akan datang”, jelasnya. (dik)
